Friday, April 22, 2011

Jubah Macan

Aku kosong dan buta.
Namun langkah kakiku terasa pasti.
Kiranya perasaan yang menuntunku.

Satu langkah.

Aku memasuki dunia yang berbeda. Dunia yang belum pernah kucicipi.
Sekali lagi, aku kosong dan buta. Tapi indraku merespon dengan luar biasa.
Segala susah terangkat, seakan terbawa angin entah kemana.
Sejuknya, bahkan tak mampu digambarkan.
Yang mata awam mampu lihat, bibirku tertarik ke atas tanpa sukar.
Apa yang orang sebut sebuah "senyuman" tertoreh indah di wajahku. Selalu.

Plak!
Rupanya nuraniku ditampar. Membuatku tersadar.
Hey, disinilah tempatku! Aku menemukannya!
Setidaknya sejauh ini, aku menikmatinya.
Aku. Bahagia.

Satu langkah.

Aku menemukan sebuah keluarga.
Tentu saja keluarga yang sesungguhnya, bukan sandiwara.
Ya. Aku tau kami suka bersandiwara. Tapi bukan berarti kami berbudaya dusta :))

Satu langkah.

Setelah cukup bersenag-senang dengan tujuan abstrak, kami mulai masuk ke sebuah perjalanan serius. Dengan tujuan kongkrit. Pasti.
Tekat kami memadat, menerjang serangan batin dengan peluh tak terbendung.
Demi sebuah persembahan kami pada mata luas. Sebuah panggung yang dikemas sebagai pertahanan eksistensi dan pengabdian sosial.

Aku mulai terisi. Tak lagi kosong dan tak lagi buta. Meski pandangan kabur, perlahan aku dapat meraba.

Satu langkah.

Disinilah kami. Berdiri di bawah sinar. Ratusan pasang mata memandang kami, dengan ekspektasi masing-masing.
Dan kami, melakukannya. Selesai. Menangis. Tertawa. Bahagia.
Baik buruk di mata awam akan berjuta jenis banyaknya. Kami tak banyak merespon, namun kami menampung dan menyimpannya di kantung motivasi. Lumayan, bekal makan di hari-hari selanjutnya.
Yang utama, kami bahagia.




-------------------------------


Entah masih berapa langkah lagi. Tapi Jubah Macan benar-benar membuatku jatuh cinta. Paling tidak sejauh ini. Segala tawa, tangis, dan kegilaan itu tidak mau keluar dari otakku.

Jubah Macan, dimana kamu dibuat sangat bahagia dengan cara dibuat miskin, stress, menangis, dan gila.



Akhir kata,
Salam Budaya!

Thursday, April 21, 2011

The Mad Hatter

I think I love The Mad Hatter so fucking damn much.

Satu-satunya yang bikin aku kecewa waktu film "Alice in the Wonderland" selesai adalah: I'll never see The Mad Hatter anymore.


Dan satu-satunya orang yang bisa disalahkan atas semua ini adalah: Johnny Depp. Dia bener-bener freaaaaaaaaaaaak. Semua karakter yang dia peranin dalam film apapun bisa bikin aku jatuh cinta


Ada yang pernah nemuin merchandise The Mad Hatter? Bonekanya terutama! Kabari aku segeraaaaaaaaa!

Wednesday, April 20, 2011

8 September 2010


tulisan ini aku buat tanggal 8 september 2011, aku publish kembali dengan perubahan yang lebih menarik.

------------

RED AND WHITE & BLOOD OF EAGLES

Aku penggemar film nasionalis. Dan waktu film Merah Putih dan DarahGaruda keluar, jelas nggak aku lewatin. Dua film yang merupakan bagian dari TRILOGI MERDEKA ini memang film action Indonesia pertama yang bikin aku tercengang karena kagum. Bukan hanya karena ceritanya tapi juga karena efek dari film ini -terutama efek eksplosif- yang benar benar terlihat nyata. Dan memang nggak tanggung-tanggung kok, sejumlah kru teknis dari Hollywood yang pernah mengerjakan The Matrix, Braveheart, hingga The Dark Knight direkrut. Dan tiga film yang dibuat secara bersamaan ini, menghabiskan dana 64 miliar! film termahal se-Indonesia :O



Meskipun banyak sekali respon dan tanggapan positif atas film ini, banyak juga kritik yang ditujukan. Dan kebanyakan dari mereka (termasuk saya) mengkritik soal tata bahasa dialog para pemain yang aneh dan tidak familiar.Tidak saja karena kalimat-kalimat tersebut jarang diucapkan, tapi juga karena dialog tersebut seperti diterjemahkan secara mentah-mentah dari skrip berbahasa Inggris dan dipaksakan untuk cocok dengan bahasa Indonesia. Contohnya saat scene Dayan menyelamatkan Amir, Dayan berkata: "Merindukan saya?" (miss me?)
Menurutku, ini mungkin karena penullis skrip dialog adalah orang Hollywood.

Tapi tetep aja bagiku film ini film action Indonesia yang paling oke. Kemajuan besar buat perfilman Indonesia.
Thomas

Fyi, begitu menonton Merah Putih, aku langsung bersemangat dan tidak sabar menunggu Darah Garuda keluar. Aku bahkan menandai tanggal 8 Agustus di kalender pribadiku, premier Darah Garuda. Dan, aku berhasil nonton premiernya. coooool!
Oiya, ada satu karakter yang menurutku luar biasa banget. Adalah orang Bali yang kepribadiannya sungguh mengesankan bernama Dayan. Apalagi aktor yang memerankan Dayan berhasil membuat seakan-akan Dayan memang ada di dunia ini, bukan fiktif belaka. Liat sendiri filmnya, dan kamu akan merasakannya.
Dayan

Sebenernya ada juga komentar yang menuding film trilogi ini ingin melahirkan genre film perang di Indonesia dan menjadikan nasionalisme sebagai alat penarik emosi belaka. Pendeknya, komersil.
Namun menurutku, sepanjang film ini memang memicu nasionalisme kita, tidak ada salahnya kan? Aku pribadi beranggapan kalo taktik produser untuk menarik peminat adalah dengan dengan cara positif, kenapa enggak?


Last, I'm proud to be Indonesian!

3 Januari 2011

Yang satu ini, saya tulis di blog saya yang w*rdpress juga, tanggal 3 Januari 2011.


--------------------

Si Suara Besar



Sejak kecil saya begitu terobsesi dengan alat musik yang satu ini:

Bass.

Dalam konteks tulisan kali ini, tentu saja yang saya maksud adalah permainan bass yang kompleks, bukan yang standar.

Setiap nonton live show musik apapun, bahkan pengamen, yang saya perhatikan pasti permainan bassnya. Entah kenapa suara bass terutama dalam musik Jazz, begitu memikat saya.

Menurut saya, alat musik inilah jiwanya lagu. Apalagi saya suka musik Jazz/Pop Jazz yang sangat menonjol di permainan bass. Dan bass, yang menurut pengamatan saya dipandang sebelah mata oleh orang awam, benar benar membuat musik menarik untuk didengar.

Oke, saya menyerah. Saya sudah mengetik dan mendelete belasan kalimat untuk menjelaskan sejelas-jelasnya betapa bass menarik perhatian saya. Tapi karena musik hal yang abstrak dan sulit dijelaskan secara verbal, sepertinya percuma jika saya menulis panjang lebar untuk menceritakan betapa saya terkesan pada bass.

Dan entah kenapa juga, saya merasakan kharisma yang berbeda dari seorang bassist, khususnya lagu nge-beat. Setiap saya nonton live show musik jazz atau lagu-lagu dengan tempo cepat, saya selalu terpaku pada bassist dan permainannya tentu saja. Malah kadang saya nggak peduli sama vokalisnya, ha mbok mau seganteng apa deh.

Lucunya, setiap saya denger lagu, terutama tempo cepat, saya selalu langsung merasakan suara bassnya dan reflek gerakan saya pun meniru bassist. Padahal sejak kecil saya hanya terbiasa bermain gitar, keyboard, harmonika dan perkusi. Orang tua tak pernah mengenalkan bass, sampai akhirnya saya duduk di bangku SMP dan mengenal band.

Saya berminat banget pengen belajar main bass. Kalo cuma standar-standar untuk lagu pop sih dari pertama juga langsung bisa karena pada dasarnya sama kayak gitar. Untuk tingkat lagu-lagu jazz, sungguh saya pengen banget gak ketulungan. Tapi saya memang nggak, eh, belum punya fasilitas sih untuk bass.

Oya, saya juga kagum sampai salto jungkir balik sama seorang bassist yang sekaligus menjadi vokalis. Oke, mungkin agak lebay, tapi sungguh, menurut saya bermain bass sambil menyanyi itu hal yang sangat di luar kepala saya. Para bassist sekaligus vokalis ini bisa bikin saya nggak kedip kalo lagi ngeliat mereka. Sebut saja Rafli The Banery dan Bondan Prakoso. Jujur saja, saya sudah sering bermain gitar, keyboard dan drum sambil menyanyi. Tapi untuk bass? Susaaaaaaaaaah!

Intinya, para bassist dan permainan bassnya tidak pernah mau berhenti memikat hati saya :3

2 Januari 2011

Postingan ini aku buat tanggal 2 Januari 2011 di blogku yang w*rdpress


-------------

Dayan



Sebenarnya judul di atas agak nggak nyambung. Dayan adalah tokoh dalam film trilogi Merah Putih yang entah kenapa terasa begitu nyata dan seakan-akan dia memang ada. Karakter/sifatnya, sangat membakar semangat saya untuk melakukan apapun untuk bangsa ini.


Suatu hari Om saya bertanya,

“Kenapa sih kok kamu suka banget sama Soekarno (Ir. Soekarno)?”

Awalnya saya kaget, kenapa beliau bisa tau. Tapi beberapa detik kemudian saya sadar kalau hal itu sangat terlihat dari akun twitter dan facebook saya, juga poster yang ada di kamar saya.


Jujur, saya sendiri sebenernya nggak bisa jawab pertanyaan itu.


Yang jelas, saya sangat ingat peristiwa yang satu ini:

Waktu SMP, saat itu sedang pelajaran Sejarah oleh Pak Arif. Pak Arif memang hobi sekali cerita, dan kebetulan saat itu beliau sedang bercerita tentang peristiwa Rengas Dengklok.

Pak Arif bercerita: Saat itu, tanggal 16 Agustus 1945 di Rengas Dengklok, terjadi perdebatan sengit antara kaum tua dan pemuda. Mereka berdebat tentang kapan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan. Pemuda menginginkan proklamasi dilaksanakan saat itu juga, sedangkan kaum tua tidak ingin tergesa-gesa. Akhirnya, seorang pemuda pun tidak tahan dan setengah membentak Bung Karno, bersikeras ingin memproklamasikan kemerdekaan saat itu juga. Bung Karno pun berkata dengan tegas (mohon koreksi jika salah) “Jika anda menginginkan proklamasi sekarang, bunuh saya saat ini juga!”

Dan sejak saat itu, entah kenapa saya terpikat oleh kharisma Bung Karno.

Mungkin kata-kata itu memang biasa saja. Tapi entah kenapa begitu mengesankan di mata saya. Kalaupun cerita di atas tidak sepenuhnya benar (yah, kita tau sendiri bahwa cerita secara lisan tidak bisa diperkirakan keakuratannya), saya tidak peduli. Satu-satunya yang saya pikirkan saat itu adalah, bagaimana jika tidak ada Bung Karno? Betapa beruntungnya Indonesia. Di masa-masa seperti itu mereka memiliki sosok pemimpin yang bijaksana dalam mengambil keputusan.

Banyak yang berkata bahwa kepemimpinan Bung Karno setelah merdeka tidak sesuai dengan yang diinginkan rakyat. Apalagi sejak beliau memiliki perbedaan pandangan politik dengan Bung Hatta dan akhirnya mereka berpisah. Tapi saya memang tidak terlalu tertarik dengan dunia politik Bung Karno. Cara pandang saya dalam mengapresiasikan jasa Bung Karno, sebatas pengorbanannya memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.

Sekarang setiap melihat peristiwa peristiwa negatif yang terjadi pada bangsa ini, seketika saya selalu penasaran. Apa yang akan Bung Karno katakan ya, jika beliau melihat kondisi Bangsa Indonesia saat ini? Apa respon para pejuang jika mereka hidup kembali dan melihat keadaan bangsa ini?

Terkadang saya tak habis pikir terhadap para oknum yang melakukan tindakan bodoh seperti tawuran, demo berujung kerusuhan, dll. Kalo saya pribadi, jika saya akan atau ada niatan untuk melakukan hal hal tersebut, pasti saya akan teringat perjuangan zaman dulu. Apa mereka nggak sadar, membuat negeri ini damai dan ibu mereka bisa melahirkan mereka dengan selamat itu tidak gampang. Dengan darah. Nyawa. Nah, sekarang? Mereka “menghambur-hamburkan” nyawa untuk hal yang tidak penting.

Lain cerita,

Pernah suatu saat, seorang teman mendengar ringtone HP saya yang berjudul Indonesia Pusaka yang dinyanyikan oleh Jamaica Cafe. Ia pun dengan heran berkata, “Bangga banget to kowe karo Indonesia. Opo meneh Bung Karno.” (banggat banget sih kamu dengan Indonesia, apalagi dengan Bung Karno)

Saya hanya tersenyum.

hello!

oke, saya akui saya emang blogger labil.

Pertama saya buat blog dan saya privat. Kemudian saya buat t*mblr karena sepertinya asik. Lalu saya buat blog lagi w*rdpress yang entah kenapa terblokir (mungkin karena postingan saya terlalu labil). Dan akhirnya, saya memutuskan untuk membuat blog ini, tempat dimana tulisan saya bisa bebas dibaca. Sebagai awalan, mungkin saya akan mengkopi beberapa tulisan di blog saya yang dulu-dulu. Semoga kelanjutan blog ini tetap lancar dan saya tidak kembali labil. Well, enjoy!