Tuesday, July 23, 2013

Never Ending Story

Who knows how long I've loved you
You know I love you still
Will I wait a lonely lifetime
If you want me to, I will

For if I ever saw you
I didn't catch your name
But it never really mattered
I will always feel the same

Love you forever and forever
Love you with all my heart
Love you whenever we're together
Love you when we're apart

And when at last I find you
Your song will fill the air
Sing it loud so I can hear you
Make it easy to be near you
For the things you do endear you to me
Oh, you know I will
I will

The Beatles - I Will



Hey Phinro.
Enam tahun sudah kita lewati. Disini kita, masih utuh.

Dan disini kita, bersiap untuk berpisah.

Mau tidak mau kita akan mulai terpisah tahun ini. Masa-masa sekolah menengah sudah selesai. Masa depan dan impian di depan mata. Aku menyaksikan kita tumbuh dewasa, dan hebatnya, masih saling mengingat. Tapi siapa yang tahu masa depan? Apa kita besok masih bisa saling menyapa? Saling bercanda? Berfoto bersama? Waktu mengikis. Kita terkikis. Those feelings will finally fade.

Mungkin benar kata Bu Evi. Mungkin yang ada pada kita akan terasa lebih indah setelah jauh, seperti kita melihat keindahan alam.

Aku nggak tau lagi mau nulis apa. Sungguh. Entah sudah berapa kali tombol 'backspace' ku tekan. Rasanya tak ada kata-kata yang pas untuk mengungkapnya. Yang aku tau, being part of something special, makes you special. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari ini semua. Aku tidak akan menyesal meski suatu hari nanti beberapa dari kalian sedikit susah mengingat namaku.

Jika bertahun-tahun lagi kita tak jumpa, aku hanya ingin kita saling mengingat dan mendoakan. Semoga cita kita tercapai. Semoga setiap impian kita terwujud, bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama. Semoga tak ada lelah dan putus asa untuk meraih kebaikan sampai akhir hayat.

Dan bila nanti kita sudah tua dan menghadapi ujian hidup yang sesungguhnya, bila kita tiba-tiba merasa lelah dan putus asa untuk menggapai mimpi-mimpi kita, atau bila kita telah merasa puas atas apa yang dicapai, tolong jangan. Ingatlah janji kita untuk menerjang masa depan bersama, 'sukses bareng', begitu kita menyebutnya. Sukses bareng!

Terakhir,
Tentu aku akan selalu merindukan pertemuan. Will I wait a lonely lifetime? If you want me to, I will.


Thursday, July 18, 2013

Leo dan Django Unchained

Tulisan ini disponsori oleh tiga fakta:

As you know, I love Leonardo DiCaprio.
Saya suka nonton film. Dan jujur, dalam menilai sebuah film, saya cenderung memperhatikan alur cerita daripada unsur yang lain.
Saya suka sekali browsing-browsing di IMDB. Saya punya kebiasaan membaca kolom trivia suatu film di IMDB, setelah menonton filmnya.

Film keren terakhir yang saya tonton adalah Django Unchained karya Quentin Tarantino. Film ini bergenre western dengan suasana rasis dan kekerasan. Dan tentu saja, Leo menjadi salah satu aktornya. Saya mau nge-share trivia yang berkaitan dengan Leo.


Dalam kurun waktu 16 tahun, untuk pertama kalinya Leo tidak menjadi aktor yang memperoleh pendapatan tertinggi dalam sebuah film. Jamie Foxx dan Christoph Waltz menempati urutan pertama dan kedua.

Leo sempat merasa tidak nyaman karena menurutnya peran yang ia mainkan terlalu kejam. Ini baru kali kedua Leo memerankan seorang yang jahat. Ia pernah memainkan peran antagonis dalam The Man in The Iron Mask dan menurut saya tingkat kekejamannya sangat jauh dibawah film Django Unchained. Lagi pula, karakter ini sedikit unik jika dijajarkan dengan karakter-karakter yang pernah dimainkan Leo.
"This is a very different role. We've seen Leonardo in gritty roles before but never did he play this lecherous antagonist. We were all used to Leo being this teen idol, who looked like a member of Hanson. Here he's this Southerner with discoloured teeth and a scruffy beard." (diambil dari sebuah review)

Calvin Candie, peran yang dimainkan oleh Leo, adalah salah satu karakter yang ditulis oleh sutradara dengan mempertimbangkan aktornya (Leo). Karakter lain yang melalui proses penulisan dengan mempertimbangkan aktornya adalah Dr. King Schultz (Christoph Waltz) dan Stephen (Samuel L Jackson)

Terakhir, ada sebuah scene dimana Calvin Candie marah, memecahkan gelas dengan tangannya hingga tangannya berdarah. Saat pengambilan gambar scene ini, Leo did hurt his hand. Leo benar-benar melukai tangannya hingga darah keluar cukup banyak. Namun ia memutuskan untuk tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan karakternya hingga selesai. Dan menurut IMDB, this take was the one used in the film.


Saya sendiri sudah tau hal ini sebelum menonton filmnya. Jadi ketika menonton scene ini, all I could think about was his hand -_- saya jadi nggak bisa konsen ke ceritanya dan malah ngeliatin tangannya sambil ngebayangin rasanya jadi Leo -_-

Oke, segitu aja. Pesan saya sih, jangan baca trivia sebelum nonton film. Selain nggak bakal ngerti yang dimaksud, kalian juga bisa kena spoiler. Baca trivia persis setelah nonton filmnya sangat saya anjurkan. Buka aja web IMDB, cari film yang dimaksud, lalu cari kolom trivia. Selamat mencoba!