Wednesday, December 30, 2015

Memaknai Karya

Dalam kejadian, perasaan, hidup, setiap orang akan menciptakan makna sendiri melalui kacamatanya masing-masing.

Seperti halnya yang terjadi denganku dalam memaknai karya. Film.


Seorang sutradara pasti memiliki misi. Misi menyampaikan rasa kepada orang banyak lewat karyanya.
Namun, sutradara tetap manusia. Seapik apa pun garapannya, selugas apa pun kontennya, intinya, sekeras apa pun ia berusaha, sutradara nggak akan bisa memaksa penonton secara seragam menangkap apa yang ia rasakan.

Penonton, punya hak penuh atas kegiatan memaknai film. Seliar apa pun itu.

Seperti aku dan film Laskar Pelangi.
Ada yang memaknai film ini sebagai potret tragedi pendidikan Indonesia.
Ada pula yang beranggapan film ini mengajarkan ketulusan, cinta kasih seorang guru.
Ada yang terinspirasi oleh persahabatan dan perjuangan anak-anak miskin.
Dan masih banyak lagi.
Aku sendiri, memaknai film ini sebagai sebuah pukulan dashyat tepat di tenggorokanku.
Sebuah karya yang membuatku tersadar bahwa sekolah adalah sebuah kenikmatan yang tak terkira, sekaligus sebuah tanggung jawab yang luar biasa.

Ah, sungguh memaknai film membuatku menjadi orang kaya.
Kaya hati akan emosi dan motivasi.

Karena sesungguhnya semua hal yang diciptakan dari hati, bagaimana pun bentuknya nanti, pasti akan sampai ke hati juga.
Jadi, apa pun makna yang kamu dapat, bila itu benar-benar sampai ke hatimu, berpeganglah.