Monday, February 29, 2016

Sembilan Hari Bahagia di Yogyakarta

"Nanti malem yang main bagus nggak? Ibu pengen nonton."
"Ayo, Dek, nonton."
"Nanti malem jadi nonton to?"
Dan akhirnya, meski aku sendiri tak berencana nonton, malam itu kami berangkat ke GOR tanpa peduli tim apa yang berlaga. Aku tau pasti, Ibu tidak tau banyak tentang tim dan pemain. Ibu banyak bertanya kepadaku di perjalanan pulang.

Big match terakhir di Jogja, Ibu datang sendirian ke GOR naik motor dan duduk sendiri di tangga tribun sampai pertandingan selesai, setelah itu pulang tanpa menemuiku. Padahal aku juga ada disana sejak sore bersama teman. Ibu ke GOR benar-benar karena ingin nonton.

Jadwal ibu yang terkadang suka ngaco langsung pengen nonton, pertanyaan-pertanyaan bertubi tentang dunia basket Indonesia, apalagi harus dijelaskan berulang karena terkadang satu kali penjelasan susah dimengerti Ibu, hal-hal ini awalnya sempat membuat aku risih.


----------


Suatu hari setelah pertandingan besar berakhir, aku dan mobilku terjebak di tengah-tengah motor yang terparkir. Hujan. Dan motor-motor itu tak kunjung pergi.
Para pengendaranya sedang berhujan-hujan 15 meter dari mobilku, menunggu pemain-pemain idolanya keluar dari GOR. Bisa ku lihat dan ku dengar dengan jelas dari dalam mobil selama kurang lebih satu jam, satu per satu pemain keluar diiringi jerit kagum terkadang histeris.
Satu jam yang awalnya sempat memancing emosiku.


----------


Harus diakui, komentar-komentar cheesy di GOR kadang annoying juga. Apalagi tipikal wanita-wanita penggemar yang nggak ngerti sama sekali tentang basket dan akhirnya komen-komen berisik annoying tanpa bisa ngerti keseruan game atau bahkan mengganggu kenikmatan game. Harus diakui hahaha.
Hal ini, awalnya juga sempat kerap membuatku risih.


-----
---------------
-----



Saya mulai hobi menonton IBL sejak SMP.
Dan liga basket nasional milik Indonesia, apa pun namanya, siapa pun promotornya, memiliki makna bagi saya.

Melihat perjuangan sebuah liga nasional, jatuh bangun, dan sampai di titik ini, sebagai seorang yang menikmati pertandingan basket, saya mempunyai cita-cita yang sama dengan para pemain dan tim yang bergelut disana.

Saya ingin basket untuk Indonesia.
Saya mendukung IBL.

Motivasi saya sederhana.
Saya mencintai olahraga ini. Sebagai manusia tanpa ACL sejak tahun lalu, yang bisa saya lakukan hanya menikmati pertandingan. Saya punya tim favorit. Saya punya pemain idola.
Saya ingin Indonesia mencintai olahraga ini.
Saya ingin tim favorit saya terus bergerak.
Saya ingin pemain idola saya bermain dengan baik dengan jaminan kehidupan yang layak. Karena sedih membaca cerita tentang mereka di masa sulit IBL dulu.

Sekarang, saya optimis.
Kejadian-kejadian di awal tulisan ini, adalah hal-hal ganjil, yang setelah saya telaah lebih lanjut adalah sebuah tanda.
Tanda bahwa olahraga ini sedang menyusup ke setiap celah. Memikat setiap kalangan. Dan setiap orang, bebas menikmatinya dengan alasan dan motivasinya masing-masing.
Saya bahagia melihat tribun GOR yang penuh.
Saya bahagia melihat seorang ibu dan anak balitanya duduk asik menonton pertandingan.
Saya bahagia melihat IBL punya salary cap!
Saya bahagia melihat cewek-cewek fanatik berteriak dibalik barikade pintu pemain.
Saya bahagia IBL kembali bisa tayang di televisi.
Saya bahagia melihat orang yang nggak ngerti apa-apa tentang basket beli tiket dan nonton pertandingan demi liat ke-cihuy-an Prastawa atau Kelly.

Intinya, saya bahagia!
Mari ramaikan liga, tingkatkan animo, raih prestasi untuk negeri!

Saya optimis basket untuk Indonesia!


P.S.
Saya juga optimis Aspac juara tahun ini, dan Febri tetap idola saya sepanjang masa! :p