Ini cerita tentang satu lagi hari Sabtu yang penuh kebahagiaan.
Sebelumnya, aku mau cerita dulu tentang satu grup musik yang amat ku kagumi.
Nosstress
Aku baru ingat.
Pertama kali mengenal Nosstress, adalah saat aku mengunjungi tulisan Rara Sekar. Disana Rara Sekar menuliskan bahwa ia mengagumi band asal Bali ini.
Dan ketika mencari tau lagu-lagunya, aku langsung jatuh cinta.
Bagiku, Nosstress tak hanya menawarkan musik yang indah, namun juga membawa misi dari hati melalui lirik yang mereka ciptakan. Misi yang mulia, yang bisa membawa perubahan besar bagi siapa saja.
Ketika album kedua mereka lahir dan lagu Pegang Tanganku mulai beredar di internet, aku langsung menabung dan bertekad membeli original CD-nya. Dan setelah mendengar 10 lagu secara komplit, aku bersyukur menghabiskan 45 ribu rupiah dengan sangat bijak.
Nosstress sudah cukup tenar di Bali sana. Sayangnya belum terlalu dikenal oleh teman-teman dan lingkunganku. Belum cukup kiranya cinta orang Jogja untuk mengundangnya bernyanyi di sini. Harus ku pendam dulu.
Sampai akhirnya, Sabtu, 21 Mei 2016.
Mereka diundang tampil di Solo.
Aku membeli tiketnya jauh-jauh hari. Menandai kalenderku. Menyiapkan CD untuk di bawa.
Intinya aku tidak sabar.
Hari itu, pukul 5 sore aku berangkat sendiri, mengendarai mobil selama tiga jam melalui macetnya jalanan Jogja-Solo di malam Minggu. Aku ingin menikmati momen magis ini sendiri.
Sampai disana, aku tidak menyangka. Aku terkejut sekaligus bahagia.
Turns out there are so many people love them just like the way I do.
Ternyata banyak penonton yang hadir malam itu.
Ratusan penonton menanti mereka, ikut bernyanyi dan berbahagia.
Karya mereka dinikmati banyak orang, dan itu membuatku bahagia!
Bahkan di luar ruangan Nosstress di backstage, aku bertemu beberapa orang yang melakukan hal yang sama denganku: membawa CD milik mereka dan menanti untuk dilegalisir.
Tiga orang mas-mas yang ada di situ sama denganku, datang jauh-jauh dari Jogja untuk Nosstress.
Ah, aku bahagia sekali!
Malam itu sungguh sempurna.
Aku berdiri tepat di depan panggung. Dan hanya mengambil satu foto ini saja, karena tak mau menyianyiakan kehadiran mereka di depanku.
Di depan mereka, di tengah lantunan lagu mereka, I did close my eyes a few times. Because sometimes, you can't enjoy a heart-made work with your eyes only. You need your soul. And your heart.
Karena apa yang dibuat dari hati, pasti akan sampai ke hati.
Kupit, Man, dan Cok hadir di depan mataku dan mengisi hati semua orang yang ada di sana.
Seusai acara, aku berjalan menuju backstage mencari ruangan Nosstress.
Setelah selama ini mengikuti akun sosial media mereka, video-video mereka, aku bisa membayangkan mereka akan sangat ramah dan dengan senang hati melayani penggemarnya untuk sekedar foto dan tanda tangan. Seperti apa yang dilakukan Silampukau, band lain yang malam itu turut meramaikan panggung juga, yang dengan senang hati ke luar ruangan membaur bersama penggemarnya.
Malam itu, Nosstress mengurung diri di ruangannya dan "sedang tidak bisa diganggu karena lelah", kata panitia.
Tentu aku dan mas-mas yang sudah menanti di depan pintu sedikit kecewa. Aku bukan kecewa karena tak mendapat foto dari mereka. Aku terkejut karena sikap mereka tak sesuai ekspektasiku.
Akhirnya, aku dan mas-mas tadi hanya bisa menitipkan CD kami untuk dibawa masuk oleh panitia.
Aku jadi ingat momen dua kali aku menonton Banda Neira, mereka selalu turun ke bawah panggung setelah selesai tampil untuk membaur dengan ratusan penonton, meski dengan muka sangat lelah (bisa terlihat dari mata Nanda di fotoku bersama mereka).
Ah, tapi tidak apa.
I keep telling myself: mungkin mereka punya alasan lain yang tak ku ketahui. Aku hanya terkejut karena tak sesuai ekspektasiku. Itu saja.
Hal itu tidak mengurangi kesempurnaan malam itu.
Malam yang tidak terlupakan.
Malam yang sesungguhnya sudah pagi karena aku baru beranjak pulang pukul 00.30.
Terima kasih Bli Kupit, Bli Man, Bli Cok,
Karena telah ada dan mengisi hati kami dengan musik yang bergizi.
Dan untuk teman-teman yang membaca ini,
Yuk dengarkan Nosstress!