Aku dan Wulan suka membicarakan banyak hal. Salah satunya, kami pernah membahas kenapa seorang pelacur begitu hinanya di mata manusia dibanding bapak-bapak parlemen yang menipu dan makan uang rakyat setiap hari.
Suatu hari aku membaca sebuah tulisan di media sosial tentang seorang perempuan yang bekerja sebagai pelacur demi membiayai kuliahnya dan adiknya. Suatu kali aibnya tersebar. Akibat tekanan sosial yang begitu besar, ia meninggalkan bangku kuliah. Meninggalkan teman-teman dekatnya. Meninggalkan mimpinya untuk menjadi seorang arsitek. Ia menghilang. Di akhir cerita, disebutkan ia meninggal dunia akibat sakit parah. Mungkin sebenarnya ia sudah lama meninggal. Meninggal akibat dibunuh oleh hinaan dan tatapan jijik lingkungannya.
I'm not saying that being prostitute is something good
Aku hanya berpikir.
Kita ini kok suka ngurusin hidup orang lain ya. Suka ngurusin hubungan orang lain dengan Tuhannya, dan mempermasalahkannya besar-besaran.
Sedangkan orang-orang yang korupsi, menyuap, hal-hal atas nama kemanusiaan, merugikan manusia lain dengan masif, dianggapnya wajar.
Kemudian jadi teringat tulisan Ahmad Tohari yang pernah kubaca. Sepertinya logika yang diutarakan beliau lewat tokoh Kabul di novelnya yang berjudul Orang-Orang Proyek ini sangat relevan.
Kemudian jadi teringat tulisan Ahmad Tohari yang pernah kubaca. Sepertinya logika yang diutarakan beliau lewat tokoh Kabul di novelnya yang berjudul Orang-Orang Proyek ini sangat relevan.
Kita ini suka menjadikan proses sebagai tujuan. Proses memang sesuatu yang harus dilakukan. Tapi tetap saja, proses bukanlah tujuan.
Tujuannya tak digubris. Prosesnya digembar-gemborkan.
Susah mengubah pola pikir seperti ini.
Sesungguhnya tulisan ini sebagai pengingat bagi sendiri.
Mari berpikir dengan cerdas, dan terus memperbaiki diri.
Tujuannya tak digubris. Prosesnya digembar-gemborkan.
Susah mengubah pola pikir seperti ini.
Sesungguhnya tulisan ini sebagai pengingat bagi sendiri.
Mari berpikir dengan cerdas, dan terus memperbaiki diri.