Kalau Mas Bumi tau,
Mungkin tangannya akan mengepal keras.
Mungkin kedua rahangnya akan sekuat tenaga ia katupkan hingga garis kaku terlihat di pipinya.
Mungkin matanya akan menatap tajam seakan-akan hendak menguliti jalan pikiran dan jiwaku yang entah kenapa menjadi begitu lemah.
Atau mungkin ia akan menahan tawa kecil dengan simpul di ujung bibirnya,
Lalu berkata bahwa waktu adalah hal paling ajaib.
Mungkin ia akan menaruh telapak tangannya di pinggang, mengingatkan seberapa tinggi badanku dulu sembari bertanya apakah adil jika waktu mengubah sosokku namun tak mengubah kehidupanku.
Mas Bumi,
Kamu benar. Kamu selalu sepenuhnya benar.
Namun kau tentu tau, menunggu bukan pekerjaan favoritku.