Oh Captain, my Captain

CD --> Compact Disc --> Cakram Padat

Bismilah --> smilah --> smelah

Joystick --> Tongkat kenikmatan

Forrest Gump

Dead Poets Society

The Color of Paradise

-----------------------------

Yang aku tuliskan diatas adalah beberapa hal yang telah permanen di kepalaku, karena seseorang.

Dia adalah orang yang membuatku selalu terpana dengan prinsip hidupnya.

Dia yang selalu membawa jiwa seisi kelas pergi ke dunia imajinasi di setiap pelajarannya.

Dia yang tidak pernah membawa alat tulis ke dalam kelas kecuali selembar slip saat gajian.

Dia yang selalu memakai sabuk celana di bawah perut (nyonggo weteng).

Dia yang pola pikirnya selalu berbeda dengan orang lain.

Dia yang tidak pernah mengajar berdasarkan modul Bahasa Indonesia, namun muridnya berhasil mendapat nilai 9

Dan meskipun aku tak pernah mengumbarnya, sejak pertama kali bertemu di kelas satu SMP, aku jatuh cinta pada caranya menjalani kehidupan. Dia menjadi inspirasiku seketika itu juga. Tanyakan pada Ardha jika butuh bukti.

Dia guruku.

Tiga bulan yang lalu. Dari luar jendela, aku melihatnya tertidur di kursi kerja dengan alunan lagu opera. Untuk terakhir kalinya.

Oh Captain my Captain, you make me crying.

Cerita PTTA

Hari Jumat tanggal 8 Juli kemaren, Padmanaba punya gawe. Namanya Pentas Tutup Tahun Ajaran 66 (PTTA 66). Kebetulan aku ada di divisi artis, untuk pertama kalinya. Dan mendapatkan tanggung jawab atas Gadjazz dan Shaggy Dog *seneng*

Di tanggal 7 Juli-nya, malam hari, aku di sekolah sampe para wanita pulang dan para lelaki tertidur. Dekorasi-nya memang "wow" dan butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Malam itu aku sempet ngobrol sama Toper, dan entah kenapa kami berdua sempat pesimis dengan progres dekorasinya.

Besoknya, check sound mulai jalan dari pagi dan dekor mulai terlihat nyata. Setelah nge-clear-in semua tugasku, aku bantu dekor dikit-dikit. Meskipun sebagian besar dekor sempet ambruk diterjang angin besar, akhirnya kami berhasil menyelesaikan tepat waktu.

PTTA dimulai.

Padzband, band kelas, d'jhavoe, Gadjazz, Gobal-gabul, Jackso, Shaggy Dog.

Berakhir.

Selama kerja dalam event, aku belum pernah punya perasaan campur aduk kayak gini, se-stress ini, dan secapek ini.

Aku berkata dengan jujur dan tanpa paksaan apapun, bahwa PTTA 66 secara psikologis membentuk mentalku dan mengajariku banyak hal yang sangat baru.

Pawitikra Revolution Syndrome

Hari ini aku di sekolah sampe jam 12 malem. Disana lagi ada Kancil sama Maho. Aku sempet ngobrol-ngobrol tadi. Bukan obrolan berat, basa-basi kekeluargaan seperti biasa.

"Sekarang kamu udah kelas dua, padahal dulu pas ketemu, aaaaah masih SMP. Nggak kerasa, cepet banget ya rasanya..."

Dan pada akhirnya semua obrolan itu...

Memaksa otakku membuka kembali memori perjuangan kami.

I do miss it so fuckin damn much

Rela

Rencana yang sudah kubuat matang-matang ternyata tidak behasil terealisasikan. Karena beberapa kepentingan yang sudah diamanahkan kepadaku, aku harus merelakan apa yang sangat kucintai yang merupakan tujuan awalku.

Jubah Macan

Sudah sejak lama aku menginginkannya. Aku berencana berkecimpung di dalamnya, mendedikasikan diriku untuk apa yang kulakukan disitu. Aku ingin belajar dan berlatih sesuai jadwal, berorganisasi dengan baik di dalamnya, dan berpartisipasi sebaik mungkin dalam setiap kesempatan. Total. Namun kenyataan tak sesuai dengan harapan.

Pentas Besar Jubah Macan.

Adalah sebuah contoh kecil yang telah aku relakan. Karena sebuah amanah lain, aku terpaksa melepasnya. Jangan kira aku tidak kecewa. Luar biasa. Prioritasku entah terbawa kemana. Tanyakan saja pada Akib atau Dhevi. Mereka tau bagaimana kecewanya aku. Bagaimana perjuanganku untuk ikhlas merelakan apa yang aku cintai, apa yang menjadi tujuan awalku.

Aku harus profesional, karena sebuah kepercayaan lain diberikan kepadaku.

Mulai dari pentas besar itu, pentas-pentas kecil dan hingga saat ini, aku belum berkesempatan untuk membuktikan totalitasku untuk Jubah Macan. Tugas dan amanah lain masih harus kuselesaikan, dan aku tau, ini tidak main-main. I'm gonna fight for this, and I'm gonna back to you soon.

Satu-satunya yang bisa membuatku rela mengorbankan itu semua, adalah karena aku menghargai orang-orang yang telah mempercayai aku untuk mengemban amanah-amanah ini.

Jubah Macan mengajarkanku untuk belajar merelakan sesuatu yang aku cintai, sesuatu yang membuatku bahagia.

Jubah Macan mengajarkanku untuk menghargai orang lain, berpikir luas dan tidak mementingkan diri sendiri.

Jubah Macan mengajarkanku untuk menentukan skala prioritasku dan bekerja secara profesional.

Dan meskipun aku belum banyak berkontribusi, Jubah Macan memberiku kehangatan sebuah keluarga di saat aku mengalami kesulitan.

Meskipun rencanaku yang dulu gagal, aku tidak kapok membuat rencana baru. Tebak apa? Aku berencana total di Pentas Besar Jubah Macan tahun depan! Rawr!

Zona Nyaman (24 Februari 2011)

Ini postingan di blog lama. Enjoy.

-------------------

Aku kira SMA akan menjadi sesuatu yang buruk, mengingat begitu indahnya keluarga SMP N 5 Yogyakarta.

Aku kira semua akan menjadi menyeramkan, mengingat aku yang nggak ikut rangkaian MOS. Gimana siriknya kakak kelas ke aku nantinya?

SMA = gedung sekolah asing + lirikan sinis kakak kelas

And so far, teori itu SALAH.
Padmanaba menjadi rumah keduaku.
Dalam konotasi dan denotasi tentu saja, karena memang 12 jam dari satu hari-ku aku habiskan di Padmanaba. Percaya atau tidak.

Teman-teman dan lingkungan yang membuatku betah.

KPZ
Meskipun kelas 2 nanti pisah, kalian bener-bener temen belajar dan bermain yang gokil. You taught me how to survive in my new environment!
Ranin, Betet, Ardita, Runi, Eva, Cimeng, Nadia, Nandut, Farih, Lingga, Levi, and much much more, teman mengukir cerita di Padmanaba :)
Aku juga menemukan keakraban layaknya sahabat dikalangan kakak kelas.

Overall, aku tidak mengambil keputusan yang salah. Mungkin lulus dari bangku SMP N 5 Yogyakarta kemarin adalah apa yang orang-orang sebut keluar dari zona nyaman untuk menghadapi tantangan baru.

I left the comfort zone and I survive! :)