Dan dalam setiap yang pecah ada keindahan, hal-hal yang berhak dicahayai senyuman; porselin mahal yang membentur lantai ruang tamu, lampu taman yang mati, daun-daun dan daun jendela yang jatuh, hati yang patah dan perpisahan, atau rindu dan bayi-bayi yatim piatu.
Aku lahir dari ucapan-ucapan ibu yang lebih banyak ia kecupkan dengan diam: berlari adalah kesunyian, berjalan adalah kebalikannya. Aku bertahan bertahun-tahun berlari dalam kesunyian menuju kau. Aku mau menemukanmu, agar mampu berjalan menggandeng tanganmu mengelilingi pagi yang hangat. Atau mengantarmu pulang, menyusuri gelap, dan dengan sepenuh ketulusan aku ingin menjaga dirimu dari diriku.
Ketulusan, panjang dan susah dinikmati sepenuhnya, seperti musim. Kejujuran, singkat dan tidak mudah diduga, seperti cuaca. Namun jika kau menginginkan jarak, aku akan menjadi ketiadaan yang lengang. Sebab ingatanmu sedekat-dekatnya keadaan aku. Lebih dekap dari pelukan sepasang lengan.
Kesalahanku padang rumput yang hijau. Seperti ternak, aku ingin makan dan menjadi gemuk. Menjadi potongan-potongan daging yang membuatmu enggan tersenyum seusai makan. Menjadi lemak yang kau keluhkan dan menghabiskan uangmu. Sementara kebenaran semata museum yang tidak kita sadari. Jika ada waktu, kau akan mengunjunginya. Namun kau terlalu sibuk melupakanku.
Masing-masing kita adalah kumparan diri sendiri, orang lain, dan bayangan yang setia. Tidak ada kemurnian. Dalam pengingkaranmu akan aku, ada cinta yang akan membuatmu bersedih suatu kelak.
Sementara aku, aku tahu cara mengisi kekosongan adalah menunggu. Dunia ini dipenuhi keseimbangan-keseimbangan. Tepat ketika seorang melihat matahari sore menutup mata, di tempat lain ada seorang menatap matahari pagi bangun. Ketika matamu tiba-tiba berair, dari jarak yang tidak kau ketahui aku tersenyum menghangatkan kesedihanmu.
------------------------------------------
Adalah karya Aan Mansyur atau mungkin khalayak twitter lebih akrab dengan akunnya: @hurufkecil
Saya suka sekali membaca sajak diatas berulang-ulang. Indah.