Monday, September 21, 2015

Istirahat

"Satu-satunya jalan ya operasi. Kalau nggak dioperasi, nggak akan bisa lari dan lompat."



----------------------------



"Nangis, nggak apa. Lalu istirahat. Dilereni sek. No one left to blame."


"Aku tau posisimu. Sekarang kamu boleh sedih. Tapi jangan sampe kesedihan itu menggeser semangatmu. Biar bagaimana pun, jiwanya ada di kamu. Masih ada banyak jalan. Jangan memaksakan diri.

Jangan biarkan kecintaanmu terhadap basket membuat kamu mengesampingkan kesehatanmu. Istirahat lah. Basket udah mengajarkan banyak hal ke kamu. Jangan salahkan keadaan. Tuhan mungkin punya rencana yang lebih indah."

Friday, September 18, 2015

Sad

I easily cry for things that emotional.

And 2 days ago, I had that kind of thing. The same thing I ever had when I was in high school, yet this time, it's more emotional for sure.

Two days ago, there was a match and I was so sure we would win that thing. But then it happened, and everyone in the team refused to put me in again. They insisted, I couldn't do anything. And we lose the game.

I cried. I was mad. Extremely mad. But I wasn't mad at them. I knew they did it because they care about me and I still got a lot of tournament ahead. I'm mad because I had no one to blame it on, and I'm pretty sure I will miss a lot games, especially a tournament that I've been waiting for since last year. This situation, I hate it. I hate it to the core. 

Oh I love basketball so much. And it has never been easy to be the one hobbling around and watch the others playing.

When someone told me not to think about playing and focus on the medication, I'm sad.

Now, even when I'm joking, laughing, and playing around, even when I'm happy,

I'm sad.


Tuesday, September 8, 2015

Suatu Hari Mimpiku Tertambat Disana

Saat SMP, aku membaca sebuah buku. Novel pertama dengan harga lumayan mahal yang kupilih sendiri. Jungle Child.
Aku benar-benar terpesona akan kehidupan yang ada di dalamnya. Sebuah kisah nyata bocah eropa yang hidup di pedalaman Papua. Aku jatuh cinta dengan kehidupan yang ia punya.

---

Saat SMA, dari banyak membaca dan menonton film aku mulai percaya akan pendidikan yang seharusnya merata. Aku percaya semua anak Indonesia berhak mendapat ilmu yang sama. Dan hal yang mulai kucintai, yang sering dituduh berbahaya, aku percaya mereka hanya tak mendapat hak yang setara.

---

Papua, aku jatuh cinta!
Dan cinta ini semakin meluap-luap setiap harinya!

Jika ditanya cita-cita, aku tak pernah bisa menjawab. Yang jelas, jangka panjang nanti, aku ingin bermanfaat untuk Papua. Aku ingin pendidikan yang layak sampai kesana. Aku ingin Indonesia, dari ujung barat ke ujung timur sama pintarnya!

Aku ingin kakiku sampai disana. Meski cicilanku hingga saat ini masih sebatas cerita.

---

Di awal perkuliahan, aku bertemu seorang perempuan jawa yang beberapa tahun tinggal di Papua. Baru beberapa jam kami kenal, aku ceritakan semua mimpiku, dan ia menyambutnya dengan gembira. Meletup-letuplah cerita keluar dari pengalamannya, meletup-letuplah telingaku menyimak tiap katanya.

Lalu muncullah seorang kawan satu kelas yang lahir dan besar di Nabire. Laki-laki ini sungguh membuatku terharu, kagum, geli, malu, bercampur teraduk jadi satu. Kawanku ini jauh lebih sopan dariku, jauh lebih pekiwuh dariku, jauh lebih tekun dariku, dan yang jelas jauh lebih sederhana dan apa adanya. Meski komunikasiku dan dia tidak lancar, aku sering bertanya tentang kampung halamannya, keluarganya, dan hal-hal tentang rumahnya yang dua tahun tak ditengoknya. Hebat benar kawanku satu ini.

Pernah satu seniorku kembali dari kampung halamannya di Papua. Rupanya ia membawa beberapa gelang asli dari sana. Hari itu, untuk pertama kalinya aku mendapatkan barang asli dari Papua. Kupakai dan sama sekali tak pernah kulepas gelang itu, sampai akhirnya rusak.

---

Tak mungkin aku pergi kesana dalam waktu dekat. Selain biaya yang tak sedikit, tak ada motif yang cukup kuat yang bisa membawaku kesana.

Kemudian masa KKN bagi 2011 tiba.
Kemudian aku berpikir.
Ini kesempatanku.
KKN di tanah Papua!

Pernah sekali kuungkapkan niatku untuk KKN di Papua, namun ditolak mentah-mentah oleh orang tua.

Tahun ini, seorang senior 2012 pulang KKN dari Papua membawa gelang, beberapa foto, dan banyak cerita untukku. Sebenarnya, aku yang memaksanya bercerita. Setiap penggal kalimatnya membuatku kembali terbawa imajinasi. Setiap katanya membuatku kembali terhipnotis oleh mimpi.

Tekadku kembali bulat. Ini strategi baruku: yakinkan diri, kemudian yakinkan orang tua. Ku kumpulkan cerita sebanyak-banyaknya, kemudian kuceritakan kembali ke orang tuaku. Semoga satu tahun bercerita cukup untuk mengubah pikiran orang tuaku hahaha.

Ini semangat mengabdi, Pak, Bu!

---

Tuhan,
Semoga Kau peluk mimpiku.

---


Suatu hari aku tak bisa menolak
Suatu hari aku tak tahu sebab
Suatu hari aku tak ingat saat
Suatu hari mimpiku tertambat disana

Suatu hari kubayangkan senyum anaknya
Suatu hari kubayangkan biru lautnya
Suatu hari kubayangkan gelap hutannya
Suatu hari mimpiku tertambat disana

Suatu hari aku jatuh cinta karena tanya
Suatu hari aku jatuh cinta karena kuasa
Suatu hari aku jatuh cinta karena percaya
Suatu hari mimpiku tertambat disana

Suatu hari aku akan ada disana



photo credit to Mas Tedjo dan tim KKN Supiori, Papua.