Monday, October 26, 2015

La historia me absolvera.




Sebuah lagu yang saya ketahui ceritanya dari Banda Neira.
Lagu apik sarat makna yang dinyanyikan ulang oleh mereka.
Hanya itu yang bisa saya rasakan, sampai akhirnya kemarin Sabtu.

Saya menyaksikan langsung lagu itu dilantunkan.
Sebuah lagu yang setelah saya saksikan dengan mata, hati, dan telinga, sangat magis.

Saya pejamkan mata. Dan. Bergetar.



Sebelumnya, perlu Anda ketahui bahwa pasca terjadinya tragedi 1965, negeri ini begitu mencekam karena tindakan tidak manusiawi. Banyak sekali tahanan politik yang menjadi korban ketidakadilan, baik secara fisik maupun psikis.

Tini dan Yanti adalah salah satu lagu dibalik ruji penjara tahanan politik Pekambingan, Denpasar.
Lirik yang ditemukan di dinding penjara ini, ditulis oleh seorang ayah yang dijebloskan ke penjara ketika istrinya sedang hamil. Tini adalah nama istrinya, dan anak yang masih di dalam kandungan, ia bayangkan sebagai Yanti. Lirik yang merupakan pesan untuk anaknya, bahwa ayahnya tidak jahat. Bahwa ayahnya berjuang melawan ketidakadilan. Dan ia percaya, bahwa di masa yang akan datang, sejarah akan membebaskannya. Pesan seorang ayah pada anaknya, yang akhirnya tak sempat bertemu karena terlanjur dieksekusi.

Ada baiknya, anda menyimak artikel disini.



Tini dan Yanti, kepergianku buat kehadiran di hari esok yang gemilang.
Jangan kecewa, meski derita menantang, itu adalah mulia.
Tiada bingkisan, hanya kecintaan akan kebebasan mendatang.
La historia me absolvera,





La historia me absolvera.
Saya tak akan repot-repot memperjuangkan hidup jika sebagian waktu hidup saya habiskan untuk membenci dan mendendam.
Saya percaya saya dilahirkan bukan untuk menjadi seorang pembenci.
Saya percaya saya dilahirkan untuk menjadi berguna bagi sesama.

Friday, October 16, 2015

Tanggung Jawab

Lima hari terakhir, adalah lima hari yang cukup emosional bagiku.

Dua tanggung jawab besar diberikan padaku.

I'm happy and scared at the same time.


Yet, I understand what people say now.
That if your goals don't scare you, they aren't big enough.
And these two things, are worth fighting for.

Menuju Mimpi

Papua nggak sengeri yang dibayangkan. Aku sudah banyak menghimpun informasi supaya nggak cuma bisa membayangkan.

Nggak nyari plesirnya atau serunya, tapi memang pengen bermanfaat disana. Kalo KKN di deket-deket aja, masyarakat udah maju, mereka sudah sering dapet kesempatan akan pendidikan. Tapi kalo yang di timur sana, nama presiden aja belum tentu mereka tau.

Ketika melihat mahasiswa UGM datang, mereka mengagumi kita, mereka menganggap kita pahlawan disana. Bayangkan saja, pemerintah tidak berpikir dua kali untuk mengeluarkan dana ratusan juta untuk mahasiswa. Itu namanya apa kalau bukan karena kepercayaan dan ketergantungan. Bahkan kita nyanyi hymne Gadjah Mada aja mereka terpesona dan merekamnya di hape masing-masing. Segitu butuhnya mereka dengan sosok mahasiswa disana.

KKN adalah kesempatan buat bermanfaat, aku mau mengambil kesempatan itu, dengan tidak gegabah, dengan mengumpulkan informasi terlebih dahulu dan yakin bahwa kegiatan ini aman.



-----------------------------------


Ketika melihat sebuah video sekelompok mahasiswa berdiri tegap menyanyikan hymne Gadjah Mada disaksikan puluhan pasang mata yang terkagum di tanah Papua, aku menangis.


Aku tau restu orang tua adalah restu Tuhan.
Dan bagaimana bisa Tuhan memeluk mimpiku bila orang tuaku tak memeluknya.
Ini adalah tulisan singkat tentang memperjuangkan restu.

Setelah melalui perdebatan yang tak kunjung usai, akhirnya kuputuskan membuat sebuah tulisan. Agar orang tuaku tau segala informasi tentang tempat tujuanku, dan lebih penting, agar orang tuaku tau bahwa aku sungguh-sungguh.

Tulisan di atas, adalah halaman terakhir dari 10 halaman "proposal" yang aku ajukan ke orang tua. Sepuluh halaman yang bermakna paling emosional dalam hidupku.

Kata-kata seperti itu, tidak mungkin aku mengucapkannya secara langsung pada orang tua. Mengetiknya saja sudah membuatku merasa terlalu sentimentil.

Namun akhirnya, kalimat-kalimat itu berhasil membawaku satu langkah lagi menuju mimpi yang terwujud.


-----------------------------------


Bertahun lalu, ketika tercetus ide pergi kesana, saya sempat menyerah sebelum bertanding. Saya tau orang tua saya. Tidak akan mungkin mendapat izin dari keduanya.

Namun sejak dua bulan yang lalu, saya memutuskan untuk tidak menyerah pada sebuah mimpi yang begitu dekat untuk diraih.
Hadir sebuah kesempatan. Saya mulai gencar menceritakan pengalaman kakak-kakak saya pada orang tua. Dua minggu lalu, setelah lagi-lagi keputusan saya ditolak mentah-mentah, saya memutuskan untuk mengumpulkan dan menyusun informasi yang ada dari berbagai sumber dan menjadikannya sebuah "proposal".

Kemarin, saya serahkan 10 halaman kertas dengan hati berdebar-debar.

Dan sore ini, keluarlah dua kata paling indah.
"Ya.. Bismillah."

Mungkin tidak semua orang bisa mengerti. Namun bagi saya, dua kata tersebut bermakna luar biasa.

Terima kasih, Pak, Bu.
Bismillah.


-----------------------------------


Tuhan,
Jagalah mimpiku dalam pelukanMu, sampai nanti kujejakkan kakiku.