Nggak nyari plesirnya atau serunya, tapi memang pengen bermanfaat disana. Kalo KKN di deket-deket aja, masyarakat udah maju, mereka sudah sering dapet kesempatan akan pendidikan. Tapi kalo yang di timur sana, nama presiden aja belum tentu mereka tau.
Ketika melihat mahasiswa UGM datang, mereka mengagumi kita, mereka menganggap kita pahlawan disana. Bayangkan saja, pemerintah tidak berpikir dua kali untuk mengeluarkan dana ratusan juta untuk mahasiswa. Itu namanya apa kalau bukan karena kepercayaan dan ketergantungan. Bahkan kita nyanyi hymne Gadjah Mada aja mereka terpesona dan merekamnya di hape masing-masing. Segitu butuhnya mereka dengan sosok mahasiswa disana.
KKN adalah kesempatan buat bermanfaat, aku mau mengambil kesempatan itu, dengan tidak gegabah, dengan mengumpulkan informasi terlebih dahulu dan yakin bahwa kegiatan ini aman.
-----------------------------------
Ketika melihat sebuah video sekelompok mahasiswa berdiri tegap menyanyikan hymne Gadjah Mada disaksikan puluhan pasang mata yang terkagum di tanah Papua, aku menangis.
Aku tau restu orang tua adalah restu Tuhan.
Dan bagaimana bisa Tuhan memeluk mimpiku bila orang tuaku tak memeluknya.
Ini adalah tulisan singkat tentang memperjuangkan restu.
Setelah melalui perdebatan yang tak kunjung usai, akhirnya kuputuskan membuat sebuah tulisan. Agar orang tuaku tau segala informasi tentang tempat tujuanku, dan lebih penting, agar orang tuaku tau bahwa aku sungguh-sungguh.
Tulisan di atas, adalah halaman terakhir dari 10 halaman "proposal" yang aku ajukan ke orang tua. Sepuluh halaman yang bermakna paling emosional dalam hidupku.
Kata-kata seperti itu, tidak mungkin aku mengucapkannya secara langsung pada orang tua. Mengetiknya saja sudah membuatku merasa terlalu sentimentil.
Namun akhirnya, kalimat-kalimat itu berhasil membawaku satu langkah lagi menuju mimpi yang terwujud.
-----------------------------------
Bertahun lalu, ketika tercetus ide pergi kesana, saya sempat menyerah sebelum bertanding. Saya tau orang tua saya. Tidak akan mungkin mendapat izin dari keduanya.
Namun sejak dua bulan yang lalu, saya memutuskan untuk tidak menyerah pada sebuah mimpi yang begitu dekat untuk diraih.
Hadir sebuah kesempatan. Saya mulai gencar menceritakan pengalaman kakak-kakak saya pada orang tua. Dua minggu lalu, setelah lagi-lagi keputusan saya ditolak mentah-mentah, saya memutuskan untuk mengumpulkan dan menyusun informasi yang ada dari berbagai sumber dan menjadikannya sebuah "proposal".
Kemarin, saya serahkan 10 halaman kertas dengan hati berdebar-debar.
Dan sore ini, keluarlah dua kata paling indah.
"Ya.. Bismillah."
Mungkin tidak semua orang bisa mengerti. Namun bagi saya, dua kata tersebut bermakna luar biasa.
Terima kasih, Pak, Bu.
Bismillah.
-----------------------------------
Tuhan,
Jagalah mimpiku dalam pelukanMu, sampai nanti kujejakkan kakiku.
No comments:
Post a Comment