Thursday, May 29, 2014

Menarilah Sendiriku

Di awal masa yang lewati hari-hari
Dan waktu yang terus bergulir lalui
Tak sanggup lagi ku daki bukit ini
Ku berhenti

Mata hitammu selalu
Menyulut senyum tersipu
Hasrat terpaku tuk selalu bertemu

Ku genggam semua kata
Terselimuti dengan asa
Hanya ada sebuah rasa kini

Dan menarilah hariku
Di atas jalan berbatu
Lewati semua sepiku dan sendiriku



Menarilah, menarilah sendiriku..



Sepotong kata dari Angsa & Serigala - Menarilah Sendiriku

Menatap Biru Pekat

Ketika cahaya berpindah tempat, biru pekat hampir gelap ku tatap
Sejak nafas pertama ku hirup, hingga kini ku masih hidup
Masih saja

Memang tak ada yang lebih bermakna dari menatapmu. Aku seperti bisa melakukan seribu hal bersamaan ditemanimu.
Sambil lelah merekah
Sambil pikir mengalir
Sambil jenuh ku taruh

Entah. Aku menyukai kesendirian bersamamu. Menatapmu seperti membawaku ke dunia lain. Dunia dimana tak ada orang lain. Dunia dimana aku sangat kecil. Sangat kecil sekali. Hingga aku bisa memikirkan segala yang ku mau tanpa peduli apa pun. Hingga aku bisa menyusun dan menyelesaikan masalah di kepalaku perlahan-lahan, tak ada tekanan.

Meski jutaan pasang mata lain melakukannya, tanpa alasan khusus, aku selalu percaya menatapmu hanya milikku seorang.



Mencari Tawa Yang Dulu



Dalam perjalananku mencari tawa yang dulu, malam ini aku menemukannya.
Terima kasih!

Monday, May 26, 2014

Sebuah Pertemuan yang Dipaksakan

Di sebuah pertemuan yang dipaksakan itu, saya disadarkan ternyata pola pikir saya egois.

"Li, kata Ibu, ketika kita menyayangi seseorang, itu berarti kita siap untuk kehilangan."

Sepersekian detik kemudian wajah-wajah orang yang saya sayangi melintas.
Wah memang, konsekuensi dari menyayangi itu berat. Kehilangan ada karena menyayangi.
Tapi resiko memang harus diambil. Kalau mau memilih hal yang tanpa resiko, sampai laut kering pun tak akan muncul pilihan macam itu.


Terima kasih Dhevi dan Tante Ida

Tentang 24 Mei 2014

Dua puluh empat mei sudah terlewati.
Luar biasa memang.

Di hari itu, saya punya dua tanggungan paling besar selama berorganisasi di kampus. Sayangnya saya jadi harus memilih untuk fokus di salah satu, karena acaranya di hari yang sama. Saya jadi harus meninggalkan kewajiban di Malam Temu Kangen dan lebih fokus di Seminar Nasional.

Ini pengalaman yang harus saya luapkan dalam sebuah tulisan. Perasaan yang timbul tanggal 23 Mei malam adalah salah satu yang terhebat selama saya kuliah. Mulai dari persiapan yang lumayan padat, hingga semakin malam semakin banyak permasalahan muncul. Sampai larut malam, hanya tinggal segelintir laki-laki dan saya. Puncaknya di sebuah ruangan di Grha Sabha Pramana dini hari saya menangis sendirian hahaha sekarang saya bisa tertawa mengingatnya, padahal waktu itu sungguh tidak tau lagi harus apa.

Sebenarnya bukan masalahnya yang tidak bisa saya hadapi. Tapi orang-orang yang memberi saya kepercayaan yang tidak bisa saya hadapi. Waktu itu ketika mendengar berita ini dan itu yang tak beres di kedua acara, saya hanya bisa membayangkan wajah orang-orang itu kecewa. Wah ampun deh, itu perasaan paling nggak enak, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sampe nggak berani mau ngomong sama orangnya.

Pukul 01.30 saya sampai rumah dengan perasaan nggak karuan, dan pukul 04.30 sudah berangkat lagi. Badan lelah, pikiran apa lagi.

Ngurus konsumsi nggak makan, ngurus video nggak nonton. Tapi toh akhirnya semua berhasil saya lewati meski dengan kekurangan disana sini. Saya tersenyum kok hehe.

Dengan berakhirnya 24 Mei, saya banyak belajar. Banyak sekali belajar dari kebaikan orang. Ternyata lebih nggak enak mengecewakan orang-orang baik seperti mereka yang sebenarnya hanya tersenyum ketika kita membuat kesalahan. Bahkan malah melindungi. Kebaikan memang sederhana, tapi sesungguhnya sederhana itu nggak sederhana.

Oiya, saat baca buku Nostalgia dari Malam Temu Kangen, saya pengen nangis. Sentimentil sekali, tapi memang begitu adanya. Rasanya kok mengharukan buku ini akhirnya sudah nyata ada di tangan saya hahaha.

Akhir kata, terima kasih atas semua pelajaran di hari-hari kemarin. Terima kasih Mas Odhi dan Mas Ian. Terima kasih juga Ghaniy, Mas Masruh, Mbak Vivi, Mas Iwang, Damar, dan semuanya yang sadar atau pun enggak telah membantu saya melewati salah satu hari paling hectic yang pernah saya alami.

Mari melanjutkan hidup!

Tuesday, May 20, 2014

Ditengah Keramaian dan Kesunyian Malam Kantor Pusat Fakultas Teknik

Jika saat ini anda mencari sebuah raga, temui saja seorang di sudut tiang nomor dua, bekas acara berskala nasional yang baru saja berakhir tadi.
Namun jika mencari jiwanya, jangan. Tidak ada disini.

Wah wah, baru saja. Benar-benar baru saja, belum ada 3 menit yang lalu, saya menyadari sesuatu yang membuat perasaan saya campur aduk. Dalam konteks yang menyedihkan.

Tidak tahu harus berbuat apa.

Sunday, May 11, 2014

Peluk Cium Satu-satu!

Duh ampun mereka ini.

Saya selalu bisa ngomong apa aja, melakukan apa aja di depan mereka, with no rules and borders.
Yang bikin mereka itu beda dengan kumpulan sahabat-sahabat hebatku yang lain, tawanya itu lho yang nggak nahan. Tingkah kita kalo dijadiin satu itu kayak orang sinting dan tolol yang menertawakan kesintingan dan ketololannya sendiri. Tujuh karakter kita somehow bisa kayak puzzle, beda-beda tapi kalo disatuin klop, menciptakan suatu dimensi kegilaan yang nggak wajar. Kelakuan mereka itu lho. Belum nemu yang kayak mereka di muka bumi ini.

Dhevi, cantik wangi rapi sayang luarnya doang.
Yayuk, menthel dan preman dalam satu tubuh.
Dea, tukang ketawa terus padahal nggak ada yang lucu.
Ucik, raksasa yang kelakuannya membuat kami ragu kepalanya berisi otak atau beras.
Petra, tiang listrik yang sering terlanjur banyak tingkah padahal nggak lucu.
Satya, manekin, disuruh dan didandanin bego-begoan selalu mau.

Dhevi itu manis lapis luar doang. Cowok kalo ngedeketin dia lewat jalur normal, taunya ya manis-manisnya aja. Padahal kelakuan kayak tukang becak. Dulu kalo saya punya masalah yang serius-serius plus galau-galau, selalu nyari Dhevi. Dia punya banyak nasehat  yang saya akui keren dan bijak yang dia sendiri nggak pernah lakuin. Jadi ya nggak saya lakuin juga. Yaudah didengerin aja, itung-itung dapet pahala.

Kalo Yayuk sih temen gokil-gokilan, soalnya dia anaknya sok artis. Ya maklum sih datang dari desa jauh-jauh sekolah di kota. Mungkin warasnya dia luntur di jalan tiap hari dibawa touring sekolah-rumah kali ya. Tapi sok artisnya serius, nggak main-main. Sampe capek ngadepinnya. Dari raut wajahnya yang tua sebelum usianya, kayaknya dia juga ikut capek ngadepin dirinya sendiri.

Kalo nggosipin orang yang berkelakuan diluar kewajaran ya sama Dhevi Yayuk. Dea ngikut sih, tapi dia cuma ho ah ho oh aja sambil sesekali ketawa padahal kita lagi serius. Memang polos dan ramah sekali bocah satu ini. Sampe-sampe kalo nangis aja sambil ketawa (ini beneran). Tapi akhir-akhir ini dia jadi nyambung dan kadang ikut melakukan kegiatan bodoh dan berdosa juga. Emang bener Dea ini malaikat berhati suci yang tiba-tiba hatinya kejatuhan tinja mammoth berwujud kami berenam.

Serius nih, sampe sekarang saya masih bertanya-tanya apa isi kepalanya Ucik. Kalo pun beras, sebenernya berapa kilo sih? Udah gitu badannya gede, banyak tingkah, jomblo pula. Susah tenan uripmu. Tapi dia salah satu orang paling baik yang pernah saya temui seumur hidup (yang ini beneran). Kita paling susah kalo dia lagi susah. Habis keliatan banget sih, dia paling ga bisa menyembunyikan perasaan.

Satya juga salah satu orang paling baik yang pernah saya temui (ini juga beneran). Terus kita punya selera musik dan film yang jauh diatas selera 4 makhluk yang lain, jadi nyambung deh ngobrolin film dan musik ngalor ngidul. Oiya, Satya ini kalo nggak sama kita anaknya diem. Kalo bareng kita, kayak kesurupan. Padahal dia punya otak lho. Tapi otaknya isinya beras, sama aja.

Ditambah Petra, mereka 3 idiots yang sempurna. Petra kalo sendiri sering nggak lucunya, padahal aku tau usahanya buat ngelucu besar. Untung ada Dea yang lucu nggak lucu tetep ketawa. Oiya, Petra sama Ucik jago basket lho. Petranya sih. Uciknya ya gitu. Nonton DBL, NBL, dan segala macam bentuk pertandingan basket yang lain, Petra dan Ucik orang-orang pertama saya cari.
  
Wah saya jadi rindu. Apa kabar kalian? Jaga kesehatan selalu ya.
Semoga kesempatan segera mempertemukan kita.

Peluk cium satu-satu!

Ucik Dhevi Lia Yayuk Satya Dea Petra

Friday, May 9, 2014

Ceracau Larut

Twit setelah terlalu sering mendengar benci, meski tak gamblang. Tetap saja risih hehe.





Twit setelah menyadari bahwa orang-orang hebat yang ku kagumi tak lahir dari kemudahan yang berlimpah.


Saturday, May 3, 2014

Konser Kolaborasi Banda Neira, Gardika Gigih, Layur, Jimi, Alfin, Suta

Nanda & me

One of the best moment of my life. So happy can't even describe it. Ananda Badudu isn't just a musician, he got his personality and way of thinking I'm so in love with..