Friday, August 8, 2014

Seorang Laki-laki dan Bahagianya

1945.

Dua malaikat sedang duduk di bawah pohon asam jawa di halaman sebuah rumah sederhana yang sedang sedikit gaduh. Kelahiran.

"Dengar suaranya."
"Ya, sejuk."
"Ya. Semoga menjadi bagian dari laki-laki yang baik hidupnya."


***


1960.

"Lihatlah betapa sudah besar."
"Ya. Dewasa dan sederhana."
"Sopannya ia bertutur, pandainya ia mengatur."
"Tidakkah kau ingin memberinya hadiah ulang tahun?"
"Tentu, sudah disiapkan."
"Aku pun. Apa hadiahmu?"

Bocah itu sedang membantu ayahnya mencuci sepeda. Sepeda yang biasa mengangkut Suara Rakyat, Harian Umum, dan koran-koran lainnya. Ia sama sekali tak menyadari bahwa hari itu, dua doa telah dihembuskan.

"Ia akan disenangi dan dihormati, atas ketulusan dan kesopanannya."
"Hidupnya akan selalu bahagia, dalam sebuah kesederhanaan."



*********


Tulisan fiksi ini terinspirasi dari seorang bapak pegawai harian Kedaulatan Rakyat yang setiap bulan datang ke rumah saya menyampaikan tagihan koran. Bapak yang tak saya ketahui namanya ini sudah tua, penampilannya sederhana sekali. Yang membuat saya terharu, bapak ini sangat sopan dalam bertutur kata. Sopan sekali, lembut, sama sekali tak dibuat-buat. Ia selalu tersenyum, tampak tulus melakoni pekerjaannya. Ia datang mengendarai motor tuanya. Setelah membayarkan tagihan, saya selalu menunggui bapak ini pergi hingga hilang dari pandangan saya. Kadang saya tak tega melihat ia menaiki motornya seorang diri.

Terima kasih, Pak.
Semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan, dan kebahagiaan dalam kesederhanaan.

No comments:

Post a Comment