Monday, May 20, 2024

Tabiat Manusia


Suatu hari aku bercerita tentang hariku kepada Kelana. Saat sampai di bagian yang kurang menyenangkan, bocah itu bisa merasakannya dan seketika memelukku begitu saja.
Di lain waktu, ia tak sengaja menjatuhkan sesuatu di layar laptopku. "Maas, Ibung," ujarnya saat menangkap raut khawatir di wajahku, yang berarti "Maaf, Ibung."

Terkadang tingkah Kelana, dan ratusan anak lain yang pernah kutemui, membuatku berpikir.


Pada hakikatnya, manusia diciptakan begitu penuh dengan empati.
Kita lahir dengan hati yang merasa cukup. Atau setidaknya, tak lebih dari sederhana.
Manusia di awal kehidupannya adalah perpaduan dari perasaan-perasaan yang hangat, dan kemampuan untuk mengasihi apa saja.
Kita menyambut kerumitan hidup dengan hitam putih, namun tak memberontak jika pada akhirnya abu-abu. Karena untuk bisa saling menyayangi, lebih penting dari apapun.

Lalu pada titik tertentu, manusia memilih kapalnya masing-masing.
Dan saat berlayar, ia berevolusi menjadi spesies terangkuh di dunia.
Ia merasa punya kuasa atas segalanya, bahkan atas kehidupan-kehidupan milik lainnya.

Kemudian aku bertanya-tanya,
Dari mana asalnya tabiat manusia dewasa?

Dan mengapa aku salah satu di antaranya?

Thursday, May 16, 2024

Bayang-bayang Sungkawa

 

Kehilangan.

Hilang.

Dua suku kata yang hingga detik ini belum dapat kupecahkan misterinya. Bak labirin di kesunyian, ia ada dalam dekapan duka, namun merebakkan aroma yang menggoda.


Aku telah membaca berlembar-lembar obituari, menghayati seribu satu adegan drama, bahkan hadir di berbagai rumah duka. Aku telah merapal ayat-ayat doa, meletakkan empati sedalam-dalamnya, hingga turut berlinang air mata.

Aku, dan semua manusia yang bahkan telah merasakan kehilangan terbesarnya, pada dasarnya adalah peneliti rasa duka. Kita adalah ahli, dengan berjuta pengalaman, dalam menghadapi kehilangan milik orang lain.

Namun tidak pernah untuk diri kita sendiri.


Ketika mendengar kata kehilangan, apakah otak manusia memang dirancang untuk memanggil wajah-wajah orang yang paling dicintainya? Ataukah ini hanya isi kepalaku saja?

Aku kerap bertanya-tanya, akan jadi apa raga ini saat kehilangan terbesar dalam hidupku kelak datang menghampiri.

Dengan segala skenario yang belum terjadi itu, aku begitu yakin tak akan berhasil melaluinya. Aku terus berandai-andai, bentuk duka seperti apa yang akan diciptakan oleh tubuhku dalam rangka melindungi isinya. Otak manusia akan selalu membuat mekanisme baru untuk bertahan, kita tahu itu fakta ilmiah. Tapi nyatanya, aku seribu persen yakin otakku takkan berkutik ketika ketakutan terbesarku itu datang.


Lalu, setelah semua kekalutan dalam pikiranku ini,

Mengapa aku begitu yakin bahwa umurku akan cukup panjang untuk mengalaminya?


Wednesday, May 15, 2024

Segelas Ego


Suatu hari kita dibukakan pintu kebahagiaan dan mengatakannya sebagai hasil jerih payah.

Di hari yang lain kita terjerembab di lubang duka lalu mengutuk Sang Kuasa.


Terkadang manusia memang lebih perlu bercermin ketimbang mengisi perut kosongnya.

Monday, May 13, 2024

Selamat Hari Ibu

Waktu Kelana lahir dan tak lama kemudian sakit, seketika aku jadi semakin memahami ibuku.

Bukan karena rasa sakit melahirkan, atau perjuangan hamil hingga merawat seorang anak yang bagiku adalah konsekuensi dari pilihan seorang ibu. Melainkan karena aku baru tahu, ternyata di dunia ini ada rasa sayang begitu besar yang tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya.

Aku baru tau kalau ternyata seorang ibu punya kemampuan menyayangi manusia dengan setulus dan sebesar itu.

Pantas saja menikah dan punya anak adalah ibadah. Bayangkan, kita diberi kesempatan untuk menyayangi manusia lain seumur hidup. Dan menyayangi itu bentuknya ya belajar, bertanggung jawab, bertoleransi, disiplin, mendengarkan, tabah, serta sejuta hal baik lainnya yang kita lakukan dengan senang hati.

Salam hormat untuk semua ibu yang memilih menyayangi anaknya.