Empat semester di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM. Sudah beberapa mata kuliah tentang air. Sungguh ilmu yang satu ini hitungannya sangat tak manusiawi. Namun pemahaman dan manfaatnya memang sedikit membuat hati saya terpikat. Salah satunya ketika hampir semua dosen mata kuliah air di awal perkuliahan akan bercerita tentang banjir Jakarta.
Ah, lagi-lagi kombinasi dua kata itu. Banjir. Jakarta.
Saya memang bukan penghuni ibu kota, namun rasa-rasanya semua orang familiar dengan "frase" tersebut. Entah kapan dua kata itu bisa dipisahkan.
Lalu, kenapa sih Jakarta banjir?
Menurut cerita dari beberapa dosen saya di kelas, ternyata banyak hal yang menyebabkan suatu daerah menjadi rawan banjir, khususnya di Jakarta. Saya mau cerita beberapa diantaranya.
Curah hujan
Jakarta memang memiliki curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jogja. Tingkat curah hujan di Jakarta bisa dua kali lipat curah hujan di Jogja.
Jenis tanah
Tanah memiliki kemampuan untuk meloloskan air, atau bahasa ilmiahnya, permeabilitas. Berbeda jenis tanah, berbeda pula koefisien permeabilitasnya. Sebagai contoh, jika kita menuangkan air ke tanah lempung, air pasti akan menggenang dan butuh waktu lama untuk terserap. Berbeda jika kita menuangkan air ke tanah berpasir, tentu air akan cepat terserap ke dalam tanah. Kira-kira begitulah kondisi tanah di Jakarta dibandingkan dengan di Jogja.
Dalam waktu 1 jam, ketinggian genangan di Jogja akan turun sekitar 30 cm. Sedangkan di Jakarta, mungkin hanya 0,000001 cm.
Elevasi tanah
Sebagian wilayah Jakarta memang dataran rendah, bahkan elevasinya berada di bawah permukaan laut. Sudah seperti mangkuk saja haha.
Tata guna lahan
Ketika hujan turun, sebagian air akan meresap ke tanah, sebagian lainnya akan mengalir/melimpas. Perbandingan jumlah air yang melimpas dan jumlah air hujan yang turun disebut keofisien limpasan. Semakin tinggi koefisien limpasan, tentu akan semakin rawan terjadi genangan.
Sekarang anda bisa bayangkan bagaimana permukaan tanah di Jakarta telah banyak tertutup lapisan beton, menyebabkan koefisien limpasannya tinggi. Bandingkan dengan daerah yang sawah dan hutannya masih terjaga.
Sesungguhnya Jakarta ini memang telah dianugerahi kondisi alam yang bakat banjir ya hehe
Lalu, ada 13 sungai yang melintasi Jakarta, yang salah satunya paling terkenal memprihatinkan adalah Sungai Ciliwung. Padahal, zaman dulu seorang pedagang Perancis pernah menuliskan bahwa Sungai Ciliwung memiliki air paling bersih dan paling baik di dunia. Kayak mimpi ya? Hahaha.
Jika anda tau kanal barat dan kanal timur yang dibuat untuk mengalirkan air sungai lewat luar Jakarta, meski terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, namun gagasan awalnya bukan dari kita, melainkan dari pemerintah Belanda pada masa penjajahan dulu. Gagasan itu rilis tahun 1920 setelah 2 tahun sebelumnya terjadi banjir besar. Itu berarti, tahun 1918 Jakarta sudah dilanda banjir besar. Bahkan di tahun 1600-an Jakarta juga sudah mengalami banjir.
Pencegahan banjir yang berupa fisik saat ini juga pasti sulit. Untuk sekedar membuat kolam retensi/embung di Jakarta, saya sudah bisa membayangkan keruwetannya. Pasalnya, proyek-proyek pembangunan seperti itu biasanya separuh dari anggarannya adalah untuk pembebasan lahan. Sudah sering lihat alotnya pembebasan lahan di berita-berita, kan?
Baru ngurusin air saja sudah begini. Sudah kondisi alam tidak mendukung, ditambah masalah-masalah yang timbul akibat kepadatan penduduk saat ini, penyempitan sungai, sampah, sistem drainase, dll., wah nggak bayangin pusingnya jadi gubernur Jakarta hahahaha
Ikut pusing ya jadinya :))
Boleh sih mikir pusing, ribet, repot, semrawut, dan lain lain, tapi kita tetep harus melek soal beginian. Saya cuma menghimpun info dan memaparkan ulang saja, supaya paling tidak, bertambah orang-orang yang mengerti tentang kerepotan di ibu kota sana, yang mungkin bisa terjadi di depan rumahmu jika tidak dipahami.
Koreksi saya jika ada yang salah. Apalah arti tulisan seorang mahasiswa semester 4 yang nilai mata kuliah hidrologinya saja pas-pasan.
Semoga semakin banyak di luar sana yang mau peduli air.
Sumber:
Kuliah Pak Joko, Pak Rahmad, Pak Budi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanal_Banjir_Jakarta
http://koran-jakarta.com/?3813-akar%20banjir%20jakarta
http://green.kompasiana.com/polusi/2012/12/04/kontroversi-sungai-ciliwung-dan-kampung-deret-508086.html
http://www.tempo.co/read/kolom/2015/02/23/1963/Sejarah-Banjir-Jakarta
http://www.satire-indonesia.com/2015/02/berita-satire-banjir-jakarta-februari-2014.html
http://forum.detik.com/foto-foto-jakarta-dan-sekitarnya-tempo-dulu-posting-aja-kesini-t19743p49.html