Tuesday, August 16, 2016

Papua Day 41

Day 41
1 Agustus 2016

Adik kecilku telah mengajarkanku banyak hal.
Dalam beberapa waktu saja, tanpa sadar ia telah mengajarkanku bagaimana mengalir bersama naik turunnya kehidupan dari sisi yang berbeda.

Adik kecilku telah mengajarkanku banyak hal.
Tanggung jawab dan menjadi dewasa adalah hal yang sangat bisa kurasa di tengah timbunan candaan dan bicaranya yang layaknya anak-anak.

Adik kecilku telah mengajarkanku banyak hal.
Melindungi orang yang ia sayangi adalah sebuah naluri baginya. Sesuatu yang tidak perlu banyak dipikir, dilakukan memang karena sewajarnya dilakukan. Sesuatu yang tak banyak dimiliki pria-pria dewasa di luar sana.


Adikku memang berbadan kecil.
Tapi adik kecilku berhati besar.
Seorang bocah yang kaya hatinya.

Suatu waktu aku menyakitinya. Aku bahkan tidak tau kenapa.
Setelah berkali-kali berusaha bicara dengannya, aku menyerah. Ia meronta, kubiarkan ia pergi karena tak mau memaksanya lagi. Kemudian ia berjalan pulang.

Aku sempat menangis. Merasa bersalah, terlebih karena sepekan lagi aku meninggalkannya. Aku takut kehilangan adik kecilku di hari-hari terakhir disini.

Aku berjalan pulang, dengan banyak hal berputar dalam kepala.

Tapi lagi-lagi adik kecilku mengajarkanku banyak hal.
Tiba-tiba entah muncul dari mana, ia berlari menyusulku yang berjalan kaki pulang sendiri di tengah kegelapan. Meski tak mau berucap sepatah kata pun karena marah, meski tak mau menatap sedikit pun karena kesal, meski tak mau menyentuhku sama sekali, ia berjalan dalam kesunyian di sisi kananku dan memastikan aku sampai di rumah seperti hari-hari biasanya.


Malam itu di kamar aku menangisi banyak hal.

Entah kenapa kejadian itu membuatku merenungkan semuanya.
Kesalahanku padanya, kesedihanku karena akan pulang, dan utamanya, pelajaran kehidupan yang hebat yang selama ini kudapatkan disini.

Adik kecilku mengajarkanku bahwa anak-anak di pelosok kampung memiliki hati yang besar, bersih, dan mulia. Hati mereka tulus sekali. Hati anak-anak yang hidup jauh dari kemudahan dan hal-hal tidak penting yang berorientasi kepada kepuasan instan. Hati anak-anak yang hidup dengan kebahagiaan dan kesedihan apa adanya yang tak pernah dibuat-buat. Hati anak-anak yang hidup dengan kesederhanaan.

Mereka kaya hati tanpa harus mencari. Mereka kaya potensi tanpa mereka sadari. Sesungguhnya mereka hanya butuh dunia luar meludahkan barang sedikit saja motivasi untuk menjadi hebat sebelum menjadi sia-sia.


Adik kecilku membuatku berjanji,
Untuk terus bekerja dan berusaha demi anak-anak Indonesia di luar sana.


Selamat mengejar cita, Bima.

No comments:

Post a Comment